Siapa yang tak suka belanja? Banyaknya promo dan potongan harga yang ditawarkan di pusat perbelanjaan maupun situs belanja online tentu semakin menggugah minat seseorang untuk terus belanja. Belanja memang menyenangkan, namun Anda perlu waspada jika sudah mengalami kecanduan belanja. Hal ini ternyata bisa berkaitan dengan sifat materalisme dalam diri Anda.
Apa itu sifat materialisme?
Materialisme adalah pandangan dimana seseorang akan lebih memiliki kedudukan jika orang tersebut memiliki materi. Materi yang dimaksud bisa berupa harta benda apa saja seperti pakaian, sepatu, tas, mobil, peralatan elektronik dan lain-lain. Bagi orang materialistis, rumah juga merupakan harta benda yang mencerminkan kedudukan mereka. Mereka tidak hanya melihat rumah sebagai tempat tinggal namun juga sebagai status sosial.
Orang materialistis menganggap bahwa kepemilikan materi adalah segala-galanya bahkan menjadi tujuan hidup utama. Dengan kata lain, mereka memiliki ambisi untuk memiliki materi sebanyak-banyaknya. Sebaliknya, orang dengan tingkat materialisme rendah tidak menganggap perolehan harta benda dan kepemilikan barang sebagai hal yang penting.
Materialisme dan kecanduan belanja
Sifat materialistis memiliki sejumlah konsekuensi, termasuk dengan gangguan compulsive buying disorder atau kecanduan belanja. Lebih lanjut, kecanduan belanja juga berkaitan dengan masalah keuangan seperti kecenderungan berhutang. Dilansir dari Verywell Mind, materialisme dapat memengaruhi keinginan seseorang dalam berbelanja dengan cara berikut:
1. Meningkatkan rasa percaya diri
Orang dengan pemikiran materialistis akan memandang segala hal dari sudut padang kekayaan materi. Mereka meyakini bahwa dengan memiliki pakaian, kendaraan dan barang-barang mewah atau bagus akan membuat kedudukan mereka lebih baik di mata yang lain. Akibatnya, orang materialistis cenderung kecanduan belanja untuk meningkatkan rasa percaya dirinya
2. Memenuhi kepuasan diri
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang mengalami kecanduan belanja cenderung memiliki sifat materialistis dibandingkan orang lain. Pada beberapa orang yang materialistis, mereka hanya tertarik untuk memiliki sesuatu namun tidak benar-benar memaknai nilai dari barang tersebut.
Akibatnya, para pecandu belanja ini hanya akan membeli hal-hal yang tidak mereka butuhkan atau gunakan. Jika kebiasaan ini diteruskan, hal ini dapat memicu mereka menjadi penimbun (hoarder) yang juga merupakan salah satu gangguan mental.
3. Meningkatkan status sosial
Dalam beberapa kasus, para pecandu belanja terkadang berbelanja dengan tujuan memberi hadiah bagi orang lain hanya agar dipandang sebagai orang yang dermawan. Mereka berharap dengan rajin membagi barang-barang dapat membuat mereka lebih dicintai, dihargai sehingga meningkatkan status sosial meskipun hadiah tersebut tidak diberikan niat yang tulus.
Tips mengatasi materialistis dan rasa kecanduan belanja
Untuk mengatasi sifat materialistis dan kecanduan belanja, Anda dapat berkonsultasi dengan dokter atau psikolog mengenai masalah yang Anda alami. Dokter dan psikolog umumnya akan merekomendasikan psikoterapi atau cognitive behavioral therapy untuk mengatasi gangguan belanja Anda.
Dalam sesi terapi tersebut, Anda akan diberi pemahaman mengenai bahwa kebahagiaan tidak selalu berkaitan dengan kepemilikian barang. Kebahagiaan kita juga tidak ditentukan dari bagaimana pendapat orang lain akan diri kita terutama barang-barang yang kita miliki dan gunakan.
Para terapis juga akan mengingatkan Anda untuk tidak membanding-bandingkan diri dengan orang lain dan mengingatkan mengenai bahaya konsumerisme agar Anda lebih bisa mengendalikan diri dalam berbelanja.
- dr Hanifa Rahma